BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 07 November 2010

Makalah Trauma Dada


BAB II
PEMBAHASAN
I.       KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

B.  ANATOMII FISIOLOGI

-          Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk kerucut, terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.

-          Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
2
-          Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf (nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.

-          Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.


-          Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang.

3
C.  ETIOLOGI
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
e. Fraktu tulang iga
f. Tindakan medis (operasi)
g. Pukulan daerah torak.

D. PATOFISIOLOGI
Cedera dada yang memerlukan tindakan darurat adalah abstruksi jalan napas, hematoraks besar, tamponade jantung pneumotoraks desak. Dada gail ( flail chest, dada instabil ) pneumotoraks tebuka dan kebocoran udara trakea – bronkus semua kelainan ini menyaebabkan gawat dada / toraks akut yang analog dengan gawat parut dalam arti diagonis harus ditegakkan secepatnya mungkin
4
 empat penanganan dilakukan segera untuk mempertahankan pernapasan,ventilasi paru – paru dan pendarahan. Sering tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti membebaskan jalan napas, aspirasi rongga pleura, aspirasi rongga perikard, dan menutup sementara luka dada. Tetapi kadang diperlukan torakotomi darurat. Luka yang tembus didada harus segera ditutup dengan jahitan yang kedap udara.

E.  MANIFESTASI

            Biasanya tanda dan gejala – gejala yang muncul pada trauma tumpul dada meliputi nyeri khususnya karena gerakan. Nyeri tekan dan lepas terjadi pada titik yang maksimal.

F.   KOMPLIKASI
     
      Trauma dada dapat menjadi kopleten, berupa gangguan serkulasi akibat pendarahan. Gangguan kabolasi, sepsis akibat infeksi dan gagal organ.

1.      Berdarah
Jumlah pendarahan dapat sedikit sampai banyak sehingga dapat menyebabkan kematian. Luka gesek pada pembuluh darah besar di leher, tangan, dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu sampai tiga menit. Sedangkan pendarahan dari aorta atau vanekava dapat menyebabkan kematian dalam 30 detik. Pada pendrahan arteri, darah tampak keluar mengalir dan berwarna kehitaman, sedangkan pendarahan keplir darah keluar menembus dan berwarna merah segar.

5
Pendarahan masih mendapat prioritas yang sama dengan henti napas dalam penanggunangannya.

2.      Gangguan koalosasi
Setelah pendarahan dan transfusi massif, pada pendarahan trauma dada sering dijumpai gagguan koabolasi, keadaan ini dapat disebabkan oleh pemakanan darah yang disimpan terlalu lama.

3.      Sepsis
Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada pada pendarahan trauma injeksi paska trauma sangat bergantung pada usia penderita, waktu antara trauma dan penanggulangannya, maka besar kemungkinan infeksi.

4.      Gagal Organ
Pasca trauma dapat terjadi kegagalan fungsi dari beberapa organ seperti otak, paru,jantung,hati,dan ginjal.



5.      Gagal nafas
Gagal nafas cedera pada rogga toraks, atau paru dapat menyebabkan gagal nafas. Pada trauma majemuk, gagal nafas dapat pula terjadi bila trauma mengenai abdomen atas, cadangan nafas dapat turun bila penderita telah menderita gagguan nafas. Sebelumnya terjadi trauma gagal nafas dapat terlibat jika frekuensi nafas dalam satu menit 25 – 30 dengan isi aturan nafas kurang dari 4 ml/kg dan gerak jantung yang rendah.


6
G. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena

7
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam.
i. Oksigen tambahan.







8
II.    KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a.       Pengkajian data fokus

v  Nyeri
Gejala : Nyeri dada unilateral meningkat karena pernapasan, batuk (tegangan), tajam dan nyeri menusuk yang diperbarui oleh nafas dalam, kemungkinan menyebabkan kelelahan, bahu aboalomea(effuse pleura)
Tanda : Berhati – hati pada area yang sakit, peilaku distraksi dan mengerutkan wajah

v  Pernafasan :
Gejala : Batuk, kesulitan bernafas, lapar nafas,penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru, sarkoidosis, dan keganasan(obstruksi tumor)
Tanda : Takipnea,peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesoris, pernafasan pada dada, bunyi nafas menurun dan perkusi dada fliperesonan kulit pucat, sinosis, berkeringat, anlietas, gelisah, bingung.

v  Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, Keletihan
Tanda : Gelisah dan insomania

v  Keamanan
Gejala : Radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

10
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetaran.

B.  Diagnosa Keperawatan

1.      Pola nafas tak efektif b/d, penurunan ekspansi paru

-       Tujuan
Pola nafas pasien teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

-       Kriteria Hasil
1.      Frekuensi nafas 18 – 24 x/i
2.      Suara nafas normal
3.      Klien mengatakan tidak merasa sesak
4.      Tidak ada sinosis
5.      TTV dalam batas normal

-          Intervensi dan Rasional :

1.      I : Awasi kecepatan/ kedalam pernafasan. Ausklutasi bunyi nafas, selidiki adanya sianosis   
R: pernafasan mengorok atau pengaruh anestesi menurunkan ventilasi. Potensial atelektasis dapat mengakibatkan hipoksia.
2.      I : Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
R : mendorong pengembangan diafragma/ ekspansi paru optimal dan meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga torak
11
3.      I : Observasi TTV.
R  : Mengetahui perkembangan klien
4.      I :  Kaji penumpukan sekret.
R : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
5.      I :  Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret.
R : kerjasama untuk menghilangkan penumpukan sekret .

2.      Bersihkan jalan nafas b/d akomolasi secret

-          Kriteria hasil :
1.       Mempertahankan jalan nafas pasien mengeluarkan secret tanpa bantuan.
2.      Menyatakan produksi sputum menurun

-          Intervensi dan Rasional

1.      I : Kaji fungsi persarafan, contoh bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalam.

R : Penurunan bunyi nafas dapat menurunkan atelektasis ronk, menunjukkan akumulasi sekret/ ketidak mampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan pengguanaan otot aksesoris pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.


12
2.      I : Beriakn pasien posisi semi fowler.

R : Pasien Yang membantu memaksimalkan ekspari paru dan menurunkan upaya pernafasan.

3.      I : Bantu pasien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.

R : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

4.      I : Pertahanan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari

R : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret, membuatnya mudah dikeluarkan.

5.      I : penatalaksanaan pemberian agen mukolitik contoh asetil sistien

R : Agen mukolitik mensunkan kekentalan dan dan perlengketan secret untuk memudahkan pembersihan.

3.   Nyeri b/d adanya trauma jaringan

-          Tujuan : Nyeri terkontrol

-          Kriteria hasil :
1.      Klien mengatakan nyeri terkontrol
2.      Klien tampak rileks
3.      Klien dapat melakukan aktifitas tanpa rasa tidak nyaman
13
4.      Klien dapat istirahat dengan baik

-          Intervensi dan Rasional :
1.      I : kaji karakteristik nyeri (skala,sifat,waktu,intensitas)

R : Membantu pasien dalam mengkaji keefektifan analgesic

2.      I : Berikan tindakan yang nyaman (masase, perubahan posisi)

R : Mendapatkan relaksasi dan pengalihan perhatian

3.      I : Anjurkan untuk istirahat dalam posisi yang dianggap nyaman oleh klien.

R : Posisi nyaman dapat menjadikan relaksasi

4.      I : Penatalaksanaan pemberian analgesic

R : analgesic dapat menjadikan ambang batas nyeri sehingga dapat mengurangi persepsi nyeri klien.

5.   Kurang pengetahuan tentang kondisi, Tindakan dapat digabungkan dengan : kurang informasi , dan tiadak terpanjannya informasi.

-          Kriteria hasil :
 -  menunjukkan pemahaman dasar proses penyakit,intevensi, dan kebutuhan tidakan.
- Menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan yang aman

14
- Menggunakan sumber dengan tepat.
- Intevensi dan Rasional
1. I : Berikan petunjuk tertulis/orang terdekat klien untuk dibaca dan tersedia sebagai referensi selanjutnya.
  R : Menyampaikan informasi yang benar dan dapat digunakan sebagai referensi.
2. I : Berikan penjelasan pada tingkat penerimaan pasien.

R : Terdapat stressor yang berlebihan dan mungkin disertai dengan pengetahuan yang terbatas.

3.I : Anjurkan menggunakan identifikasi waspada berupa papan/gelang

R : Memberikan perawatan tepat bila pasien menjadi tidak sadar/ menderita henti jantung paru

4.I : Kembangkan arti komunikasi dirumah sakit.

R : Memungkinkan pasien untuk memanggil bantuan jika diperlukan





15
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul.

B.     Saran
      Penyusun berharap agar para pembaca dapat menggunakan makalah ini dengan baik dan kiranya dapat menambah referensi lain yang dapat menambah lagi pengetahuan pembaca selain dari isi makalah yang sangat sederhana ini.















16
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanner C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC,2001
Carpenito, Lynda Juall – Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW.ILMU-KEPERAWATAN.COM












17